Menjalani Sebuah Liburan
>> Rabu, 09 Juli 2008
Liburan adalah waktu yang sudah pasti dinantikan oleh banyak orang, mulai dari para orang tua yang letih bekerja di kantor, sampai para pelajar yang penat setelah melewati peperangan dalam ujian. Meskipun sering kita melihat respon yang berbeda antara anak dengan orang tua. Anak-anak dengan gembira dan semangatnya menyambut liburan mereka, sedangkan orang tua malah pusing dan bingung karena mereka harus memikirkan aktivitas apa saja yang dapat mengisi liburan, sehingga kegiatan anak tetap terarah dan berkualitas. Dan kebanyakan orang mengisi waktu liburnya dengan berbagai macam liburan yang menyenangkan. Sebenarnya, bagaimana pandangan Islam tentang liburan?
Liburan dalam Islam adalah sesuatu yang dapat memberi ketenangan dan kegembiraan kepada seseorang. Ia diharuskan dalam Islam dengan syarat tidak ada pergaulan bebas antara lelaki dan perempuan, tidak melalaikan pemain dan pendengar daripada mengingat Allah SWT dan lain-lain perkara yang bertentangan dengan Islam.
Islam adalah agama realis, tidak tenggelam dalam dunia khayal dan lamunan. Tetapi Islam berjalan bersama manusia di atas dunia realita dan alam kenyataan. Islam tidak memperlakukan manusia sebagai Malaikat yang bersayap dua, tiga dan empat. Tetapi Islam memperlakukan manusia sebagai manusia yang suka makan dan berjalan di pasar-pasar.
Karenanya, Islam justru tidak mengharuskan manusia agar dalam seluruh percakapannya itu berupa zikir, diamnya itu berarti berfikir, seluruh pendengarannya hanya kepada al-Quran dan seluruh senggangnya harus di masjid. Akan tetapi, Islam mengakui fitrah dan instink manusia sebagai makhluk yang dicipta Allah, di mana Allah membuat mereka sebagai makhluk yang suka bergembira, bersenang-senang, tertawa dan bermain-main, sebagaimana mereka dicipta suka makan dan minum.
Dalam Islam, tidak ada salahnya untuk kita berlibur, karena liburan itu adalah suatu nikmat karunia Allah SWT. Tetapi liburan dalam Islam ada caranya, apabila tidak sesuai dengan caranya, maka akan menjadi suatu kesalahan. Dan Islam melarang liburan yg melampaui batas. Adapun liburan yang dilarang oleh Islam diantaranya :
Pergaulan bebas antara lelaki dan perempuan
Musik yg melalaikan dan tarian yg merangsang nafsu
Pakaian yang tidak senonoh dan memaparkan aurat
Liburan yang melalaikan daripada melaksanakan ibadah
Liburan yang diiringi minuman keras dan narkoba
Liburan yang menyebabkan syirik kepada Allah SWT
Pelarangan terhadap liburan-liburan yang dipaparkan di atas dibuktikan oleh sejarah, yang di mana kerajaan Islam Abbasiyah, Utsmaniyah dan Melayu Melaka runtuh disebabkan oleh kesenangan dan kemewahan hidup yang melalaikan. Pemerintah dan rakyat yang asyik dengan kesenangan dunia, dan mereka lupa akan kehidupan akhirat.
Sebagaimana dijelaskan dalam hadits Rasululallah SAW, yang artinya: “Sesiapa yang menyerupai sesuatu kaum, maka ia adalah sebagian daripada mereka.”
Dan Allah SWT telah berfirman dalam surat Al-An’am, ayat 32 yang artinya: “Dan tidak (dinamakan) kehidupan dunia melainkan permainan yang sia-sia dan liburan yang melalaikan; dan sesungguhnya kehidupan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Oleh sebab itu, tidakkah kamu berfikir?”
Oleh sebab itu, kita harus dapat memilih liburan mana yang sepatutnya kita jalani, karena liburan yang yang melampaui batas dapat menjerumuskan kita ke dalam lembah kemaksiatan dan kemungkaran. Selain itu, liburan yang melalaikan juga dapat menyebabkan kekerasan hati dan kesukaran dalam menerima hidayah.
Akan tetapi, pada hakikatnya Islam tidak melarang liburan yang sesuai dengan syariat, karena merupakan fitrah manusia yang menginginkan sedikit waktu untuk menghibur hati. Dan setiap orang perlu mendapatkan ruang yang cukup untuk menghibur hati dan beristirahat sejenak guna menghilangkan kepenatan, keletihan dan memperbaharui kecerdasan serta daya kerja otak.
Di masa liburan musim panas yang amat panjang ini, mahasiswa mesir Indonesia banyak mengisinya dengan mengadakan berbagai macam kegiatan; baik yang positif maupun negatif. Contohnya kegiatan positif, seperti apa yang dilakukan mahasiswa mesir Indonesia dengan mengadakan kajian-kajian yang bermanfaat, pelatihan-pelatihan, mengadakan rihlah guna mempererat ukhuwwah serta tadabbur nikmat. Ada pula yang mengisi waktunya untuk talaqqi dengan para ulama, tahsin bacaan al-Qur’an, i’tikaf di masjid-masjid untuk mengulang hafalan al-Quran ataupun melanjutkan hafalan mereka dan lain sebagainya.
Sedangkan kegiatan negatif yang biasa dilakukan para masisir di musim panas ini adalah melanjutkan tidur di pagi hari setelah sholat Subuh. Atau yang lebih dikenal dengan istilah “adding”, alias tidur tambahan. Selain itu, ada juga yang menghabiskan waktu liburan mereka untuk ‘mengkhatamkan’ berbagai judul film. Ataupun mengisi hari-harinya, mengukir mimpi di atas kasur. Sampai-sampai tak pernah lagi menyaksikan terbit dan tenggelamnya matahari.
Sebagai seorang mahasiswa di sebuah universitas Al-azhar, seharusnya kita dapat lebih memanfaatkan masa liburan musim panas yang sangat panjang ini dengan berbagai kegiatan positif, khususnya yang berhubungan dengan keilmuan. Karena jika dibandingkan dengan masa-masa efektif kuliah sangatlah jauh. Di waktu liburan inilah kita dapat menggali banyak ilmu yang tidak sempat kita temukan di dalam muqorror. Semisal “darsu-l-hayat” yang dapat kita petik dari para Syeikh dalam sebuah majlis talaqqi, atau tentang ilmu-ilmu yang berkaitan dengan masalah kontemporer yang dapat kita temukan dalam kajian-kajian mahasiswa, juga beberapa kegiatan positif lainnya sebagaiamana telah penulis paparkan di atas.
Karena jika kita kembali ke tanah air nanti, bukan hanya muqorror yang akan ditanyakan oleh masyarakat. Bukan pula taqdir najah ataupun syu’bah yang akan diperdebatkan. Akan tetapi masyarakat akan mempertanyakan segala permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan mereka. Pertanyaannya, “Sudah siapkah kita?”
Maka dari itu, mari kita jadikan masa liburan panjang ini sebagai penunjang keilmuan kita dengan memanfaatkan setiap waktu sebaik-baiknya. Selanjutnya, tugas kita saat ini adalah berusaha untuk saling mengingatkan; baik kepada diri sendiri ataupun orang lain. Tak lupa, mempersiapkan diri kita untuk mewujudkan impian masyarakat yang juga menjadi tuntutan bagi kita bersama. Wallahu a’lam. Cakrawala/Hamidah.
0 Komentar:
Posting Komentar