Kairo - Mesir, Bawwabah III, Egypt
Buletin Cakrawala adalah media unggulan Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM) cabang Kairo yang berfungsi sebagai sarana berkomunikasi serta wadah untuk meningkatkan skill menulis Mahasiswa Baru (Maba). Buletin yang lahir pada tahun 2003 ini dikelola oleh Maba IKPM sendiri di bawah bimbingan para senior. Semoga pada tahun ini (2008), Cakrawala bisa memenuhi target, menjadi lebih baik, dan mampu bersaing dengan media mahasiswa Indonesia lain di Kairo. Amien...!

Yang Jadi Sejarah atau Tinggal Kenangan

>> Rabu, 09 Juli 2008

Alhamdulillah, semoga itu kata yang pertama kali kita ucap sejenak setelah ujian terakhir kita lalui. Tanpa terasa, dua termin ujian sudah kita lalui. Dan segera, setelah melalui rintangan dan tantangan kerasnya ujian, seperti biasa kita pun menjalani sebuah liburan. Namun, lain dari apa yang dulu pernah kita rasakan, tak seperti biasanya liburan kali ini dan di sini.

Unik memang melihat dinamika masisir di sini. Saat ujian tiba, semua organisasi berlomba-lomba, berpacu mengadakan berbagai jenis kursus dan bimbingan belajar untuk anggotanya. Dan lebih asik lagi, tak saja lembaga organisasi yang 'ribut', tapi juga hampir sebagian besar masisir mengadakan kelompok belajar sendiri. Ketika itu, sepertinya kita semua sedang dibangunkan dari mimpi, angan-angan dan padatnya kegiatan yang ada di sini.


Semua mata, telinga, hati dan pikiran kita difokuskan pada satu hal yang selama ini seringkali terlupakan, terjepit, dan atau terpinggirkan dengan beragam aktifitas. Semua tahu bahwa Mesir dan pada khususnya Kairo adalah gudangnya ilmu. Begitu banyak kita jumpai kitab-kitab, baik yang turâts ataupun kontemporer di sini. Berbicara tentang banyak hal. Mengkaji tentang dalamnya mata air pengetahuan. Akan tetapi, seribu sayang amat sedikit dari waktu, uang, tenaga dan kita yang mencoba mengaisnya. Hanya membiarkannya berlalu, teronggok di rak lemari buku kesayangan kita.

Selesai ujian, liburan pun tiba. Gak main-main, empat bulan kita diberikan kesempatan oleh kampus tercinta untuk menikmatinya. Dari pertengahan Juni lalu, hingga pertengahan September nanti.
Seakan merespon panasnya suasana ujian di musim panas, hampir seluruh organisasi, termasuk almamater dan kekeluargaan mengadakan rihlah musim panas. Summer Holiday Tour, begitu istilah bule-nya. Satu rombongan bertolak ke Sinai, seperti yang kemarin baru saja kita lalui bareng-bareng. Atau ada juga yang ke Matrouh, pantai Agieba dan Hammam Cleopatra.

Sejenak kita lupakan hiruk pikuk kota Kairo. Berekreasi bersama ke objek-objek wisata indah di luar kota. Di Sinai, kita nikmati indahnya sunrise. Meski harus berjuang melawan dinginnya udara yang tak terduga. Kita lihat di sana juga indahnya ukiran ‘tangan’ Allah. Memahat batu-batu cadas Sinai, membentuk dan menyusunnya dengan tata aturan yang luar biasa indah. Plus, buliran warna dan coretannya di selisik pagi yang cerah itu. Tentunya setelah melalui perjuangan mendaki yang tak mudah. Gelap dan melelahkan. Perjuangan malam itu pun terbayar bersama terbitnya mentari menyibak tabir keindahan pegunungan alam Sinai.

Di Dahab, kota pelabuhan di selatan provinsi Sinai, penulis takjub dengan keindahan tata kota di sini. Meski katanya tak seindah yang ada di Venezia atau Bali sekalipun. Yah, bisa jadi karena penulis tinggal di kota pelabuhan namun bukan pariwisata, tepatnya di Pekalongan. Di Dahab, jalan-jalan seolah mengajarkan kita tentang arti teratur. Deretan toko-toko berjajar rapi di pinggirnya. Dan yang lebih wah, adanya pemandangan gunung yang langsung bisa dilihat dari laut. Jalan yang membelah toko, menyibak indahnya kabut pegunungan yang berhadapan dengannya. Subhanallah.

Adapun Sharm el-Sheikh, rupanya tak kalah indah. Bahkan mungkin, inilah yang terindah. Terlepas dari banyaknya turis-turis asing yang membuka aurat, akan tetapi karang dan keindahan alam lautnya benar-benar menakjubkan. Seumur hidup baru kali ini penulis menyaksikan keindahan karang dibalut lelaku ikan warna-warni di dalamnya. Menyaksikan dalamnya laut, membuat bulu bergidik. Apa jadinya bila tenggelam di sana? Begitu pikir penulis. Tapi, tetap saja ia indah dengan komposisi warna dan kegarangannya.

Ya, liburan ke tempat pariwisata selalu berbalut indah. Mengisi kembali tenaga dan pikiran yang terkuras ketika ujian. Menyegarkan kembali suasana hati. Meneguk kesegaran dan membebaskan kreatifitas pikiran. Akan tetapi, tak selamanya pula liburan itu baik dan berguna. Sama seperti semua yang Allah anugerahkan pada kita. Ia bagai dua sisi mata uang, memiliki nilai positif juga negatif. Semua kembali bagaimana kita memperlakukan anugerah itu. Jadi sebuah nikmat, atau justru sebuah azab?

Masih membekas dalam ingatan kita, sebuah mahfuzat yang berbunyi, “Inna al-syabâba wa al-farâgha wa al-jidata mafsadatun li al-mar’I ayya mafsadatin.” Namun, sekali lagi Islam menjawab tantangan kompleks kehidupan manusia. Penulis teringat sebuah ayat dalam awal surat al-A‘râf, “Qul man harrama zînatallahi allatî akhraja li’ibadihi wa al-thayyibati min al-rizq” Liburan termasuk zînatullah yang Allah anugerahkan untuk kita. So, bukan salah kampus tercinta, bila liburan kali ini berakhir sia-sia. Kita habiskan dengan semalaman begadang, chatting dan berpoker-ria atau mengukirnya dengan tinta emas dalam lembaran sejarah kehidupan kita.
Sekali lagi, terserah kita. Meninggalkan liburan kali ini dengan semata kenangan indah, atau kita ukir sejarah yang kan abadi dalam catatan amal kita. Wallahu a’lam bi ash-shawâb.

0 Komentar:

Majalah La Tansa

Komentar Terakhir

Tulisan Terakhir

  © Blogger template Wild Birds by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP