Aprina Levy Wulandari (Ketua Wihdah terpilih Periode 2008-2009)
>> Rabu, 19 Maret 2008
Organisasi adalah wadah bagi siapa saja yang mau masuk di dalamnya untuk mengetahui jati dirinya serta lebih mengenal sejauh mana kemampuannya dalam berinteraksi dengan sesama. Kehidupan masisir yang begitu dinamis, secara alami telah melahirkan banyak organisasi dengan berbagai latar belakang yang berbeda-beda.
Sebagian kalangan menggagap organisasi adalah wadah pengembangan potensi diri yang memiliki peran penting dalam pembentukan karakter mahasiswa. Sedang sebagian lain melihat organisasi dengan sudut pandang yang beraneka ragam. Ada pula yang memiliki kacamata negatif terhadap organisasi hingga ada anggapan bahwa organisasi hanya akan mengganggu kelancaran pendidikan akademis.
Menyikapi hal ini, kami berhasil menemui Aprina Levy, ketua WIHDAH PPMI terpilih priode 2008-2010. Dara manis yang murah senyum ini telah lama melanglang buana dalam kancah organisasi beserta seluk-beluknya. Berikut petikan dialog singkatnya dengan kru Cakrawala, Tsuroyya Al Luma'i.
Menurut ustadzah seberapa penting arti keorganisasian itu?
Organisasi itu penting. Dari organisasi kita bisa lebih mengenal karakter orang sehingga bisa membantu kita dalam bermuamalah. Tapi kalau ditanya seberapa penting, ya, kembali ke diri masing-masing. Ada yang merasa organisasi itu sangat penting ada yang biasa-biasa saja. Tergantung minat dan kebutuhan masing-masing.
Dalam organisasi pasti ada ketua sebagai pemimpin yang menatru . Dan ketua pasti disorot dari berbagai sisi. Kira-kira kriteria apa saja yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, khususnya organisasi sekaliber WIHDAH?
Yang pertama adalah mental. Karena ketika seseorang memutuskan untuk masuk dalam organisasi, berarti ia harus siap dengan segala resikonya. Sedang organisasi akan oleng kalau mental nakhodanya mudah goyah jika ditimpa masalah.
Yang kedua adalah tanggung jawab. Ketika sang ketua telah dipilih dan dilantik maka ia telah diserahi tugas yang harus diemban dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Kemudian ia harus berpandangan luas serta tidak berpikiran sempit. Dengan begitu, ia bisa melihat prospek ke depan, ke mana ia akan membawa organisasi yang dipimpinnya. Ia juga harus berjiwa ikhlas. Karena walau bagaimanapun, seorang pengurus pasti sibuk dan harus mengesampingkan kepentingan-kepentingan pribadi.
Seorang aktivis dalam organisasi sedikit banyak pasti mengorbankan kuliahnya. Bagi ustadzah sendiri, bagaimana caranya menyeimbangkan antara belajar/ kuliah dengan organisasi?
Kita harus bisa menyusun strategi. Kita juga harus pandai-pandai mengatur jadwal belajar. Kita bisa membuat target, misalnya dalam satu hari kita harus baca berapa lembar atau berapa buku. Kalau siang hari kita sibuk dan tidak memungkinkan untuk belajar, kita bisa menggunakan waktu malam atau pagi hari sebelum berangkat.
Kendala-kendala apa saja yang biasanya terjadi dalam suatu organisasi khususnya bagi seorang ketua?
Suatu organisasi tidak mungkin lepas dari kendala. Dan biasanya, kondisi mental yang labil akan sangat berpengaruh. Oleh karena itu, kita harus berusaha agar kondisi kita selalu stabil. Kalau sudah stabil dan pikiran tenang semua akan bisa diselesaikan dengan mudah.
Pernahkah ustadzah mengalami permasalahan serius dalam organisasi sedang pada saat yang sama ustadzah sedang mempunyai masalah pribadi yang cukup meresahkan? Apa yang ustadzah lakukan sebagai solusinya?
Saya pribadi pernah mengalaminya dan itu benar-benar mengganggu aktivitas keorganisasian. Yang pertama harus dilakukan adalah tenangkan pikiran dan cepat-cepat muhasabah diri. Apa penyebab permasalahan tersebut dan bagaimana solusinya. Kita harus bisa jadi dokter bagi diri kita sendiri. Kalau sakit, ya dicari apa sebabnya serta obatnya. Setelah masalah pribadi terselesaikan, barulah kita selesaikan masalah organisasi. Karena kita tidak mungkin bisa berpikir jernih apalagi menyelesaikan masalah organisasi kalau pikiran kita sedang kacau.
Salah satu tujuan organisasi adalah mencetak kader umat yang militan. Menurut ustadzah bisakah orang yang prestasinya bagus dalam organisasi khususnya masisir—ketika kembali ke Indonesia—menembus organisasi-organisasi besar di Indonesia?
Mungkin. Karena organisasi itu mengajarkan pengalaman. Dan orang yang sudah terbiasa dengan keorganisasian, di manapun dia, pasti sudah terbentuk karakternya. Paling tidak dia sudah punya bekal untuk terjun dalam keorganisasian. Tapi semua itu tergantung pada orangnya. Kalau keaktifannya di sini (Mesir, red) dibawa ke Indonesia, Insya Allah bisa.
Terakhir, apa pesan ustadzah untuk rekan-rekan masisir khususnya mahasiswa baru?
Pesan saya, Lakukan yang terbaik di manapun juga. Karena pekerjaan yang dilakukan setengah-setengah atau dengan hati yang kurang ikhlas, tidak akan menghasilkan kesempurnaan. Ketika kita mengeluh dengan pekerjaan kita, orang-orang di sekitar kita pun terkena imbasnya. Yang asalnya tulus ikhlas, jadi terganggu keikhlasannya. cakrawala/oya
0 Komentar:
Posting Komentar