Sumpah Pejabat
>> Sabtu, 08 September 2007
Oleh: Muhammad Nurdin Sarim
Saat dilantik sebagai kholifah Abu Bakar As-Sidik menyampaikan pidato kengeraan yang sangat briliayan ia menegaskan bahwa dia bukan yang terbaik lantaran itu ia meminta umat islam sekirannya ia benar dan mengharapkan kritik dan koreksian kalo ia salah atau bertindak serong.
Umar bin Khothob peganti Abu Bakar dalam mengukuhkannya sebagi kholifah menyampaikan pidato yang lebih kurang sama antara lain ia menegaskan komitmennya untuk berpegang teguh kepada al quran dan hadits secara konsekuen dan konsisten lalu katanya lagi kalau kalian melihat ada penyimpangan pada diriku maka kalian harus meluruskannya mendengar perkataan umar tersebut seorang pengembara yang hadir dalam acara pelantikan berdiri sambil mengacungkan pedangnnya seraya berkata kalau aku lihat ada penyimpangan dalam diri tuan maka aku akan meluruskannya dengan pedangku ini.
Umar,sang kholifah, tersenyum ia bersukur karena ada diantara rakyatnya ia memiliki I'tikad baik untuk menegakkan kebaikan kita dapat memetik pelajaran berharga dari teladan kedua tokoh itu bagi keduanya pelantikan pejabat bukanlah upacara taunan atau ceremonial tanpa makna. Sumpah janji yang di ucapkan oleh pejabat bukan sebagai koor atau pernyataan yang hanya verbalistik. Sumpah janji dengan dan atas nama tuhan pada hakekatnya adalah komitmen iman dan sekaligus kontrak social yang mengikat para pejabat untuk selalu berpihak kepada kebenaran,keadilan dan kemaslahatan rakyat.
Dalam islam pelantikan dan sumpah pejabat itu dinamakan baiat,berasal dari kaya bay' yang secara harfiyah yang berarti jual beli.jual beli melibatkan dua pihak menyerahkan barang dan pihak lain menyerahkan uang seperti halnya jual beli, baiat juga melibatkan dua pihak yaitu pejabat dan rakyat yang keduanya harus pula saling berbagi dan memberi.
Abu mansur, pengarang lisan arob memahami baiat sebagai transaksi dan kontrak social yang mengikat dua pihak yang dipimpin dengan baiat masing-masing seolah telah menjual membeli dari pihak lain.
Pemimpin menuntut kepatuhan tetapi rakyat menuntut keadilan rasa aman dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Jadi dalam islam baiat mengandung empat makna
- tekad untuk memegang al quran dan sunah
- tekad untuk bekerja dan menjalankan roda kepimpinan sesuai dengan petunjuk keduanya.
- tekad untuk selalu berbuat adil dan mementingkan kemaslahatan umat
- tekad untuk bersikap tebuka dan bersedia menerima saran dan kritik kontruksi dari rakyat.
Ini berarti baiat memiliki implikasi teologis dan sosiologis sekaligus para pejabat yang menjalani baiat harus tau dan memahami implikasi dari baiat tersebut.
0 Komentar:
Posting Komentar